Saat itu, Rambo mungkin masih TK

Sekian puluh tahun lalu, sebagai jawaban atas pelanggaran kesepakatan Belanda, pemuda Indonesia menyerbu jogja yang saat itu berposisi sebagai ibukota negara Indonesia.

Saat ini, beberapa masih berkutat dengan kontroversi yang bisa jadi ada dalam proses penyerbuan itu.

Buku banyak terbit mengulas kontroversi itu, entah benar atau salah, kejadian itu sudah terlewat dan cuma bisa menjadi cerita, "Jaman ndisik kae lho le.."

Saya mendengar penuturan yang lain, dari nenek, sisi kehidupan kakek saya, seorang perwira muda lulusan heiho saat itu. Lebih menarik buat saya.
Bukan karena beliau adalah simbah saya, namun cuplikan minor yang tak tertulis di buku itu cukup panjang untuk didengar, cukup seru untuk dibayangkan dan cukup detail untuk dipetakan di google map.

Tak hafal saya menceritakan di sini, berbeda dengan simbah yang tiap saya pulang bercerita runut tentang jaman dulu yang nomaden dan detail hingga dukuh dukuh dan bayannya (kepala dukuhnya). Seperti tercetak dengan keras di memorinya.

"Mbiyen kuwi prajuret podo kalungan janur kuning"

"Ora janur abang mbah..?"

"Janur kuning le.."

"Lha arep perang po arep nyumbang  (resepsi) kawinan mbah, kok malah ono janur kuning barang."

"Dikalungke, ono sing disabukke, janur kuning le, dudu janur kembang mayang."

Saya terkadang ngantuk mendengar cerita berulang itu, tapi tak menampik, terkadang saya rindu cerita itu, tak seberapa petualangan saya selama ini dibanding serunya petualangan simbah saya saat itu.

Tetap sehat ya mbah..

Kalo gambar di atas adalah canang, sesajen budaya Mbali, mungkin dulunya sama di Jawa bila ditilik dari sejarah yang dekat dekat.
Korelasinya dengan Serangan Oemoem kayaknya nggak ada, cuma wadahnya dari janur kuning saja, yah sama sama satu klub janur kuning.
Nggak nyambung..? Memang iya nggak nyambung, biarin saja.. Nggak usah protes..

tememplek by endik kurang luwih jam 10:40 p.m.,

0 gayung bersambut:

Een reactie posten

<< mbalik

sakderengipun kawula nyuwun agunging samudra pangaksami dumateng panjenengan sami, sesepuh pinisepuh, bapak bapak saha ibu ibu, mas mas saha mbak mbak ingkang kersa mampir dhateng papan kawula menika, menawi wonten kalepatan, sedaya klenta klentunipun bilih tumindak lan atur, nyuwun boten dipun dadosaken penggalih, mugi mugi Ngarsa Dalem Sing Ngecat Lombok paring berkah..