Gegap gempita royokan bal

Gegap gempita royokan bal di afsel nyamber ke negri kita. Saya tak habis pikir begitu banyak org yg membicarakannya. Dari teman jagongan, teman pabrik sampe di sudut metromini yg saya tumpangi tak jauh membicarakan acara royokan bal ini. Libur royokan di 2 hari ini pun serasa lama untuk para penggembira botohan. Saya sampai gregetan untuk membelikannya di pasar rumput biar tiap pemain keduman siji siji dan puas dolanan bal karepe dewe dan ora tukaran.
"Raimu..", sahut teman ketika saya utarakan goodwill saya itu.
Nun jauh d dekat tulang bawang lampung yang dikelilingi alas penuh celeng dan kethek sana saya hampir tak menemui rame topik serupa di kutha njakartah ini.
Kenapa..?
Butuh 60ribu untuk langganan listrik dari genset yang hidup dr jam 6 sore sampe jam 12 malam per rumah.
Ini fakta riil, diluar itu 20ribu musti dikeluarkan untuk sekedar madhangi omah. Silakan anda itung sendiri, matematika anda mungkin lebih jago dari saya.
Perlu investasi jutaan rupiah untuk menikmati listrik yang mati murup sakarepe dewe dengan membeli genset sendiri. Maintenance dan konsumsinya..?
Gimana dengan pasal 33 UUD 1945? Tak perlu dibahas kalau msh perlu minyak tanah campur lengo pet di sana.. Emm disini bisa anda jumpai dengan julukan solar irex di sepanjang jalur pantura.
Ketika minyak tanah melambung, solar lebih murah merekapun kembali mengandalkannya dengan perjalanan antara 20an km. Masih dekat sih..
Moga2 si KaWe dan teman2 mBunderan HI tak membaca postingan ini dan berujung di social advisment n pathnership alias kuliah kerja nyata ke sana untuk kulakan genset dan berakhir dengan gagal karena kesibukan masing2 seperti tahun lalu.
Saya cuma tersenyum saja menikmati fakta sudut negri ini, ndoro grinpis ra kringeten dan ndoro manuk mungkin lebih manis senyumnya.. (kembali melenakan diri dengan hidup mengkota seperti adanya di sini aja ah..)

tememplek by endik kurang luwih jam 1:09 p.m., > ,

sakderengipun kawula nyuwun agunging samudra pangaksami dumateng panjenengan sami, sesepuh pinisepuh, bapak bapak saha ibu ibu, mas mas saha mbak mbak ingkang kersa mampir dhateng papan kawula menika, menawi wonten kalepatan, sedaya klenta klentunipun bilih tumindak lan atur, nyuwun boten dipun dadosaken penggalih, mugi mugi Ngarsa Dalem Sing Ngecat Lombok paring berkah..